Selasa, 28 Oktober 2014

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
PEMISAHAN KASEIN DARI SUSU SAPI












Nama                          : Fauzi
NPM                           : E1C012068
Semester                     : II (Dua)
Prodi                           : Peternakan
Fakultas                     : Pertanian
Dosen Pembimbing   : Yosi Penita
Ko-Ass                        : Septi Susanti



LABORATORIUM TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2013







BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kasein berasal dari bahasa latin yaitu Caseine yang berasal dari kata Caesus yaitu keju. Kasein adalah zat yang digunakan sebagai stabilisator emulsi air susu. Kasein merupakan proteida fosfor yang dijumpai dalam endapan koloida air susu. Kasein merupakan hasil pengolahan susu yang larut dalam larutan alkali dan asam pekat, mengendap dalam asam lemak serta tidak larut dalam air
Kasein merupakan komponen protein terbesar dalam susu dan sisanya berupa whey protein. Kadar protein pada protein susu mencapai 80%. Kasein ini terdiri dari beberapa fraksi seperti alpha-casein, betha casein dan kappa-casein. Kasein merupakan salah satu komponen organic yang berlimpah dalam susu bersama lemak dan laktosa.
Susu merupakan bahan pangan yang memiliki komponen spesifik seperti lemak susu, kasein (protein susu, dan laktosa (karbohidrat susu). Seperti halnya asam amino, protein susu (kasein) juga bersifat amfoter. Protein dalam susu mencapai 3,25%. Struktur primer terdiri dari rantai polipeptida dari asam-asam amino yang disatukan ikatan-ikatan peptida (peptida linkages). Protein juga memiliki pH isoelektrik tertentu. pH isoelektrik merupakan suati nilai pH dimana jumlah muatan listrik positif sama dengan muatan negatifnya. Pada pH tersebut, protein tidak bermuatan positif maupun negatif, sehingga dapat membentuk agregat (gumpalan-gumpalan yang keruh) dan mengendap, karena sebagian protein menunjukkan kelarutan yang minimal pada pH isolektriknya. Sifat inilah yang akan digunakan untuk memisahkan atau mengisolasi kasein dari susu.
Protein susu memiliki protein-protein spesifik. Salah satunya adalah kasein. Kasein merupakan komponen terbesar dalam susu dan sisanya berupa whey protein. kadar kasein pada protein susu mencapai 80%. Kasein terdiri atas beberapa fraksi seperti alpha-casein, beta casein, dan kappa-casein. Kasein merupakan salah satu komponen organik yang melimpah dalam susu bersama dengan lemak dan laktosa. Kasein merupakan protein konjugasi antara protein dengan fosfat membentuk fosfoprotein. Kasein berupa serbuk amorf warna putih. Dalam kaseintidak hanya terdiri dari zat-zat organik, melainkan mengandung juga zat anorganil seperti kalsium, fosfor, dan magnesium. Dalam keadaan murni, kasein berwarna putih seperti salju, tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa yang khas. Kasein murni tidak larut dalam air dingin dan garam netral. Kasein terdispersi dalam air panas, basa, dan garam basa seperti natrium asetat, dan natrium oksalat.
Kasein dapat diendapkan oleh asam, enzim rennet, dan alkohol. Selain penambahan asam, pengendapan kasein susu juga dilakukan dengan penambahan renin, yaitu suatu enzim proteolitik yang diperoleh dari induk sapi betina. oleh karena itu, susu dapat dikoagulasikan (digumpalkan) oleh asam yang terbentuk di dalam susu sebagai aktivitas dari mikroba. Kasein digunakan untuk sumber protein dalam tubuh. Sebagai suplai asam-asam amino essential.Secara komersial digunakan untuk bahan perekat, pelindung lapisan kertas, dan plastik kasein. selain itu pencernaan kasein di dalam tubuh sangat lambat, sehingga dapat mencegah penyusutan otot lebih baik daripada whey protein.

1.2    Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk melakukan isolasi kasein dari susu sapi.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Susu terdiri dari tiga komponen utama yaitu air, lemak dan protein. Disamping itu susu adalah bahan makanan yang sempurna karena mengandung protein, lemak, karbohidrat (laktosa), vitamin, dan garam anorganik. Dalam susu terdapat fosfat baik sebagai protein maupun sebagai ion posfat  anoorganik. Kesegaran susu dapat ditandai dengan masih aktifnya enzim-enzim yang terdapat didalamnya, diantaranya amylase, lipase, peroksidase, katalase, dan sebagainya (Tim Dosen Biokimia, 2001).

susu segar mempunyai sifat ampoter, artinya dapat bersifat asam dan basa sekaligus. Jika diberi kertas lakmus biru, maka warnanya akan menjadi merah, sebaliknya jika diberi kertas lakmus merah warnanya akan berubah menjadi biru. Potensial ion hydrogen (pH) susu segar terletak antara 6.5 – 6.7. Jika dititrasi dengan alkali dan kataliasator penolptalin, total asam dalam susu diketahui hanya 0.10 – 0.26 % saja. Sebagian besar asam yang ada dalam susu adalah asam laktat. Meskipun demikian keasaman susu dapat disebabkan oleh berbagai senyawa yang bersifat asam seperti senyawa-senyawa pospat komplek, asam sitrat, asam-asam amino dan karbondioksida yang larut dalam susu. Bila nilai pH air susu lebih tinggi dari 6,7 biasanya diartikan terkena mastitis dan bila pH dibawah 6,5 menunjukkan adanya kolostrum ataupun pemburukan bakteri.
Kasein merupakan komponen protein terbesar dalam susu dan sisanya berupa whey protein. Kadar protein pada protein susu mencapai 80%. Kasein ini terdiri dari beberapa fraksi seperti alpha-casein, betha caseindan kappa-casein. Kasein merupakan salah satu komponen organic yang berlimpah dalam susu bersama lemak dan laktosa (Shiddieqy, 2004).

Kasein berasal dari bahasa latin yaitu Caseine yang berasal dari kata Caesus yaitu keju. Kasein adalah zat yang digunakan sebagai stabilisator emulsi air susu. Kasein merupakan proteida fosfor yang dijumpai dalam endapan koloida air susu. Kasein merupakan hasil pengolahan susu yang larut dalam larutan alkali dan asam pekat, mengendap dalam asam lemak serta tidak larut dalam air (Silalahi, Jansen.2006)

Protein menyediakan amino yang penting untuk tubuh dan digunakan sebagai pondasi untuk pembentukan otot, tetapi tidak semua protein sama. Protein yang terbesar dalam susu adalah kasein dan whey. Kedua protein susu ini sama-sama sumber asam amino essensial yang sempurna, tetapi mereka berbeda dalam satu aspek yang penting, whey adalah protein yang cepat dicerna dan kasein adalah protein yang lambat dicerna.(Anna Pudjianti. 1999)

Kegunaan dari ammonium sulfat untuk perpisahan protein adalah untuk mempercepat dalam menghubungkan klasifikasi dari albumin dan globulin. Sodium sulfat lebih sesuai untuk memisahkan analitik dari plasma protein (Cantarow and Schepartz, 1963).




BAB III
METODOLOGI
3.1    Alat dan Bahan
          Bahan praktikum

-  Air susu sapi segar
-  Etanol (C2H5OH)
-  Asam asetat (CH3COOH)
-  Natrium asetat (CH3COONa)
-  Ester

 
  Alat-Alat Praktikum

-  Termometer
-  Corong muslin
-  Gelas ukur 100 ml
-  Penangas air
-  Kaca arloji
-  Corong buchner
-  Corong biasa
-  Gelas piala 500 ml
-  Botol semprot
-  Timbangan analitik
-  Kertas saring whatman-42
-  Gelas ukur 50 ml
-  Gelas piala 100 ml
-  Batang pengaduk kaca
-  Timbangan teknis
-  Botol semprot
-  Lampu spritus


3.2    Prosedur Kerja
3.2.1  Prosedur A (Bobot kertas saring kering)
          - Menyiapkan dua lembarkertas saringan whatman-42 dan diberi kode.
          - Memanaskannya di dalam oven dengan suhu 100o C.
          - Setelah kandungan airnya munguap , kemudian memasukkan kertas saring ke dalam desikator.
- Selanjutnya segera melakukan penimbangan dan mencatat hasilnya.
- Setelah menimbang jangan menyentuh kertas saring dengan tangan
3.2.2           Prosedur B (Pemisahan Kasein)
- Memasukkan sebanyak 500 ml air susu sapi ke dalam gelas piala 500 ml selanjutnya    menghangat kannya sampai temperatur 40o C.
- Pada gelas piala lain kita menghangatkan juga sebanyak 50 ml laruan buffer natrium asetat yang selanjutnya ditambahkan ke dalam air susu sapi.
- kemudian melakukan pencapuran secara hati-hati sambil diaduk.
- pH akhir dari pencampuran tersebut harus mencapai kisaran 4,8.
- Selanjutnya mendinginkan suspensi tersebut sampai temperatur kamar dan dibirakan selama 5 menit sebelum dilakikan penyaringan dengan menggunakan muslin.
- Kemudian mencuci hasil endapan beberapa kali dengan menggunakan air dan selanjutnya ditambahkan 30 ml etanol.
- Selanjutnya melakukan penyaringan suspensi dengan alat penyaringan buchner an mencuci endapan beberapa kali dengan menggunakan campuran etanol-eter (1:1)
- Mencuci endapan yang terdapat pada kertas saring dangan 50 ml eter.
- Melakukan penyaringan dengan alat penghisap kering.
- Memindahkan bubuk yang terbentuk pada gelas arloji dan biarkan bagian eter menguap.
- Melakukan penimbangan kasein dan menghitung rendemen dar protein tersebut.
- Kemudian membandingkan hasil yang diperoleh dengan jumlah kasein secara teoritis yaitu 3,5 gram/100 ml air susu.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan
No
Uraian
Bobot (dalam gram)
1
Bobot kertas saring mula-mula (a)
0,9 gram
2
Bobot kertaas saring + kasein (b)
4,0 gram
3
Bobot sampel (Kasein)
3,1 gram
4
Rendemen kasein
0,124 gram



4.2 Pembahasan
         Pada percobaan ini digunakan susu. Isolasi kasein dapat dilakukan dengan pengasaman. Dalam percobaan dilakukan isolasi kasein dengan cara pengasaman yaitu dengan menambahkan asam asetat glacial.
           Susu merupakan system koloid yang system terdispersi dan pendispersinya adalah zat cair (emulsi). Sistem ini tidak terlalu stabil tetapi pada susu, system koloid ini distabilkan dengan adanya kasein sebagai emulgator. Langkah pertama adalah dengan memanaskan susu sebanyak 100 ml hingga suhu 40°C, pemanasan hanya dilakukan sampai suhu 40°C, dengan tujuan agar tidak merusak kandungan air susu yang lain yaitu tritofan, serina dan treonina, setelah mencapai 40°C, air susu diangkat dan ditambahkan tetes demi tetes asam asetat glacial sebanyak 1 ml sambil terus diaduk dan lama kelamaan terbentuk endapan putih. Endapan ini adalah kasein, selanjutnya endapan ini dipisahkan dari filtratnya dengan menyaringnya. Endapan berupa padatan/ serbuk putih, sedangkan filtrate berupa cairan jenuh berwarna agak kuning. Filtrat ini selanjutnya disimpan untuk percobaan identifikasi kasein
            Langkah selanjutnya adalah melarutkan endapan dalam 50 ml alcohol 95%, kemudian mendekantasinya, lalu mengulangi langkah ini dengan menggunakan 50 ml etanol eter = 1:1. Lalu ditambah lagi 50 ml eter alcohol dan disaring, lalu dicuci dengan 50 ml eter. Rangkaian proses ini bertujuan untuk memurnikan kasein yang diperoleh dari komponen-komponen susu yang lain. Setelah disaring, kasein yang diperoleh dikeringkan dan setelah kering ditimbang.
Perhitungan :
Bobot Kertas Saring Mula-mula (a)                         0,9 gram       
Bobot Kertas Saring + Kasien (b)                            4,0 gram
Bobot Sampel (Kasien)     = (b)-(a) =(c)                    
       =  4,0 – 0,9 =                3.1 gram
Rendemen Kasein             = 2 (c) / 50ml
                                          = 2 (3.1) / 50 ml =         0,124 ml
                                                                       

 

                                                                            BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
         

Dari praktikum yang telah diujikan, maka dapat disimpulkan bahwa :
Kasein dapat diisolasi dengan cara hidrolisis kimiawi, baik dengan
pengasaman, penambahan basa maupun enzim secara sempurna.
Hidrolisis kasein dengan asam tidak dilakukan pada suhu tinggi, hanya dilakukan hingga suhu 40°C saja agar komponen air susu yang lain tidak rusak.
Kasein yang diperoleh berwarna putih dengan massa 6,0912 gram. Kadar kasein dalam 100 ml air susu adalah 6,0912 mg/ml.
Fungsi penambahan alcohol 95% adalah untuk memurnikan kasein dari komponen susu yang lain.


5.2 Saran


          Sebaiknya dalam melakukan praktikum, waktu yang telah disediakan dimanfaatkan dengan sebaik baiknya, agar data yang diperoleh akurat. Dan kepada Ko-Assnya kami harapkan untuk tidak hanya peduli kepada beberapa kelompok saja.














BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

- Poedjiadi, Anna.1994.Dasar-dasar Biokimia.UI-Press: Jakarta
- Tim penyusun pratikum biokimia untuk pratikum biokmia.